BAB
I
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat
dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan
bertujuan untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan
pembangunan sector ekonomi, yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan
berlangsung dengan berbarengan.
Pendidikan
juga mampu mengarahkan manusia kearah yang positif , sehingga mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan menentukan nasibnya.
Berbicara
tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya
yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas,
sedangkan manusia yang berkualitas itu dilihat dari segi pendidikan, telah
terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan
adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
adekwat dalam kehidupan masyarakat.
Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu
dapat tercapai sebagai mana yang diinginkan.
Rumusan Masalah:
ð Apakah
manfaat media pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Arti
Media Pembelajaran
Ditinjau
dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan
terdapat komunikator, komunikan, dan pesan, yakni sebagai komponen-komponen
komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communication, yang pemberitahuan, pemberian bagian (dalam
sesuatu), pertukaran, dimana sipembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban
dari pendengarnya; ikut mengambil bagian. Kata sifatnya communis artinya bersifat umum atau bersama-sama. Kata kerjanya communicare, artinya berdialog,
berunding atau bermusyawarah (Onong uchjana Effendy, 1994:9 dan Anwar Arifin,
1992:19-20). Jadi, secara konseptual arti komunikasi itu sendiri sudah
mengandung pengertian memberi tahukan (dan menyebarkan) berita, pengetahuan,
pemikiran-pemikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar
hal-hal yang diberi tahukan itu menjadi milik bersama.
Ditinjau
dari efek yang diharapkan tujuan komunikasi bersifat umum. Dalam hal inilah
maka dalam proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti penerangan,
propaganda, indoktrinasi, pendidikan, dll. Inti dari itu semua adalah untuk
mencapai persetujuan mengenai sesuatu pokok ataupun maslah yang merupakan
kepentingan bersama.
Dengan
demikian, pendidikan adalah bagian khususnya komunikasi, karena ia memiliki
tujuan yang bersifat khusus. Memang dalam berbagai komunikasi yang sekedarnya
mungkin tidak direncana karenanya tidak dikatakan sebagai komunikai pendidikan
(educative communication), sementara
komunikasi dalam proses pendidikan terjadi karena dan ada tujuan yang
diinginkan.
Pendidikan
itu sendiri dapat dirumuskan dari sudut normative, karena pendidikan menurut
hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya, bahwa
dalam peristiwa pendidikan, pendidik dan anak didik berpegang pada ukuran,
norma hidup, pandanga terhadap individu dan masyarakat, nilai-nilai moral,
kesusilaan yang semuanya merupakan sumber norma didalam pendidikan. Aspek itu
sangat dominan dalam merumuskan tujuan secara umum. Oleh karena itu, persoalan
ini akan merupakan bidang pembahasan teori dan filsafat ilmu pendidikan. Tetapi
disamping peruusan secara normative pendidikan dapat pula dirumuskan dari sudut
proses teknis, yakni terutama dilihat dari segi peristiwanya. Peristiwa dalam
hal ini merupakan suatu kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa dan
terikat dalam satu situasi serta terarah pada satu tujuan. Peristiwa tersebut
adalah satu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, yaitu rangkaian
kegiatan yang saling mempengaruhi. Satu rangkaian proses perubahan dan penumbuh
kembangan fungsi jasmaniyah, penumbuh kembangan watak, intelek dan social semua
ini tercakup dalam peristiwa pendidikan
Dengan
demikian, pendidikan itu merupakan himpunan cultural yang sangat kompleks yang
dapat digunakan sebagai perencanaan kehidupan manusia. Sedangkan peristiwa atau
proses interaksi pendidikannya adalah suatu proses teknis.
Didalam
proses teknis inilah secara spesifik disebut proses pembelajaran. Kata
pembelajaran senganja dipakai sebagai padanan kata dari kata instruction (bahasa inggris). Kata instruction mempunyai pengertian lebih
luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di
kelas (ruang formal), pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak di hadiri guru secara fisik. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran yang di tekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.
Masalah pembelajaran itu sendiri merupakan masalah yang
cukup kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak
devinisi pembelajaran , disini di kutip dua dua definsi yang di anut A. Chaeder
Al Wasilah (dalam pengantarnyauntuk versi terjemahan buku Elaine B. Johnson, Contextua
Teaching And Learning) sebagai berikut ini: (1) “A relatively permanent change in response potentiality
which occurs as a result of renforced practice” dan (2) “a change in
human disposition or capability, which can be retained, and which is not
simplyascribable to the process of growth”. Dari dua definisi ini ada tiga
prinsip yang layak diperhatikan. Pertama, proses pembelajaran
menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif permanen. Tentunya,
dalam proses ini terdapat peran pengingat pembelajaran, yakni guru atau dosen
sebagai pelaku perubahan (agent of change). Kedua, anak didik
memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk
ditumbuhkembangkan tanpa henti. Ketiga, perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh
linear sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar mengajar memang
merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia didesain secara khusus,
dan diniati demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal seperti diatas. Ketiga
hal ini menegaskan definisi pembelajaran.
B.
Proses Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi: Media
Sebagai Bahasa Guru
Secara garis besar menurut Onong (1994:11-16) proses
komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara skunder.
Pertama, proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,
isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Kedua, proses komunikasi secara skunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan sarana atau alat sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama...... Surat,
telepon, teleteks, surat kabar, majalah, radio televisi, film dan banyak lagi
adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
C. Kedudukan Media
dalam Sistem Pembelajaran
Sebelum membahas tentang sistem
pembelajaran, kita pahami terlebih dahulu kata sistem. Sistem adalah suatu
totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan
sebagai sistem karena didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen – komponen tersebut
meliputi : tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing kompone saling
berkaitan erat merupakan satu kesatuan. Untuk lebih memahami sistem
pembelajaran lihatlah gambar di bawah ini : Media Pembelajaran Proses
perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan instruksional
khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum. Dalam kurikulum
2006 perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi dasar dan kompetensi
dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian
tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat
dan sesuai karakteristik komponen penggunannya. Setelah itu guru menentukan
alat dan melaksansakannya evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat menjadi bahan
masukan atau umpan balik kegiatan yang telah dilaksanakan. Apabila ternyata
hasil belajar siswa rendah, maka kita mengidentifikasi bagian-bangain apa yang
mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat
bagaimana efektivitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya.
D. Manfaat Media Pembelajaran
Perolehan pengetahuan siswa seperti yang
digambarkan oleh Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin
abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini
memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata
tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung didalamnnya. Hal semacam ini
akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya siswa
memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan
benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan. Secara umum media mempunyai
kegunaan: 1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2. mengatasi
keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. 3. menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. 4. memungkinkan
anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori &
kinestetiknya. 5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman &
menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut
Kemp and Dayton, 1985: 1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik 3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif
dengan menerapkan teori belajar 4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat
diperpendek 5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan 6. Proses pembelajaran
dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan Hakikat Media 10 Media
Pembelajaran 7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan 8. Peran guru berubahan kearah yang positif.
Dalam kaitannya dengan fungsi media
pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini: 1. Penggunaan media
pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri
sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai
salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan
komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan. 3.
Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang
ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa
penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan
bahan ajar. 4. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan
demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau
memancing perhatian siswa semata. 5. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk
mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media
pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih
cepat. 6. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media
pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki
nilai yang tinggi. 7. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret
untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit
verbalisme.
Selain fungsi-fungsi
sebagaimana telah diuraikan di atas, media pembelajaran ini juga memiliki nilai
dan manfaat sebagai berikut: 1. Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak.
Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara
langsung kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan
media pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan Hakikat Media Pembelajaran
tentang sistem peredaran darah manusia, arus listrik, berhembusnya angin, dsb.
bisa menggunakan media gambar atau bagan sederhana. 2. Menghadirkan objek-objek
yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya
guru menjelaskan dengan menggunakan gambar atau program televisi tentang
binatang-binatang buas seperti harimau dan beruang, atau hewan-hewan lainnya
seperti gajah, jerapah, dinosaurus, dsb. 3. Menampilkan objek yang terlalu
besar atau kecil. Misalnya guru akan menyampaikan gambaran mengenai sebuah
kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, dsb. Atau menampilkan objek-objek yang
terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk, atau hewan/benda kecil
lainnya. 4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan
menggunakan teknik gerakan lambat (slow motion) dalam media film bisa
memperlihatkan tentang lintasan peluru, melesatnya anak panah, atau
memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu lambat
seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga wijaya kusumah dan lain-lain.
BAB
III
KESIMPULAN
ð Manfaat Media
Pembelajaran
1.
Membuat konkrit
konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak
dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan
melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan Hakikat Media
Pembelajaran tentang sistem peredaran darah manusia, arus listrik, berhembusnya
angin, dsb. bisa menggunakan media gambar atau bagan sederhana.
2.
Menghadirkan objek-objek yang terlalu
berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya guru
menjelaskan dengan menggunakan gambar atau program televisi tentang
binatang-binatang buas seperti harimau dan beruang, atau hewan-hewan lainnya
seperti gajah, jerapah, dinosaurus, dsb.
3.
Menampilkan
objek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya guru akan menyampaikan gambaran
mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, dsb. Atau menampilkan
objek-objek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk, atau
hewan/benda kecil lainnya.
4.
Memperlihatkan
gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan menggunakan teknik gerakan
lambat (slow motion) dalam media film bisa memperlihatkan tentang lintasan
peluru, melesatnya anak panah, atau memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga
gerakan-gerakan yang terlalu lambat seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya
bunga wijaya kusumah dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
ð Munadi,
Yudhi, Media Pembelajaran (Sebuah
Pendekatan Baru), Gaung Persada Press Jakarta, November 2008
ð Mengutip dari buku
ajar, Perkembangan Peserta Didik (Pada Anak Usia Dasar), oleh Moh.
Fauziddin,S.Ag.,M.Pd. dan Novi Nitya Santi, S.Pd., M.Psi.