PENDAHULUAN
Alam semesta adalah
fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya terdapat
kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat
diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia.
Ada penciptaan, proses
dari ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada pen-ciptaan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlang-sung pula ribuan, bahkan
jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui.
Sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya
mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an.
Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan mengekor
pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir
rahasianya oleh manusia.
Keinginantahuan manusia
tentang alam semesta tidak hanya membaca al-Qur’an saja, akan tetapi juga
melakukan perintah Tuhan. Sehingga ia dapat menemukan kebenaran yang
dapat dipergunakan dalam pemahaman serta penafsiran al-Qur’an, berdasarkan surat
Yunus ayat101. Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa penciptaan alam
semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia, akan tetapiproduk dari
hasil Tuhan.
PEMBAHASAN
A. Konsep Alam Semesta
Al Qur’an dapati
kesimpulan yang cukup besar peluang kebenarannya bahwa sebenarnya seluruh
kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala
rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya,
bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang
tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh
manusia.
Dengan kata lain,
kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir”
dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al
Qur’an, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah
manusia mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.
Al Qur’an diturunkan
bukan hanya kepada umat Islam, tetapi sebagai mediator menyampaikan pesan Tuhan
Pencipta Alam kepada semua makhluk-Nya. Al Qur’an yang sedemikian sempurna ini
memberi kabar dan cerita semua kejadian di alam semesta ini.
Kemukjizatan Al-Qur'an
ditandai dengan keorisinilannya sejak diturunkan . Kitab suci ini juga tidak
dapat ditandingi oleh siapa pun di dunia ini hingga akhir zaman. Ia tidak akan
lekang dimakan pergeseran masa dan dapat diuji dari sudut mana pun juga.
Sekarang pun, saat ilmu pengetahuan berkembang pesat, ternyata Al-Qur'an
sanggup menjawab tantangan sains modern.
Salah satu hal yang
membuat takjub para ilmuwan adalah adanya persesuaian antara konsep penciptaan
alam semesta menurut Al-Qur'an dan sains (ilmu pengetahuan) modern. Dalam
pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih berupa kabut gas
yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini merupakan proses
awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut gas tersebut
selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk milyaran matahari dengan
planet-planetnya, termasuk bumi yang kita huni ini. Ilmuwan cerdas yang pertama
kali mengemukakan teori di atas bernama Laplace dari Perancis dan Immanue Kant
dari Jerman.
Meskipun demikian,
ratusan tahun sebelum ilmuwan itu mengemukakan teorinya, Al-Qur'an telah
menyebutkan secara gamblang. sebagaimana tertulis dalam Surat Al Anbiya ayat
30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Ayat tentang asal mula alam semesta dari
kabut/nebula (QS 41/11).
Artinya : “11. Kemudian Dia menuju
kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati."
Teori alam semesta ini
berasal dari kabut gas yang panas, dapat juga dibaca dalam surat Fushillat ayat
9-12.
Ada beberapa kesimpulan
penting yang dapat kita petik dari ayat-ayat di atas,yaitu:
1.Disebutkan bahwa antara langit dan
bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan (ratg) lalu mengalami proses
pemisahan (fatg). Perlu ditegaskan di sini, bahwa fatg dalam bahasa Arab
artinya memisahkan dan ratg artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur
untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen.
2. Disebutkan adanya kabut gas
(dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos.
3.Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam
semesta) tidak terjadi sekaligus,tetapi secara bertahap.
Apabila dikaitkan
dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains modern, maka
konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal
lagi kebenarannya. Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan
kabut gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam
semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern
mengemukakannya. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan tentang
proses terciptanya alam semesta menurut ilmu pengetahuan modern.
Semula alam semesta ini
terdiri dari satu kumpulan gas, yakni gas hidrogen dan sedikit helium yang
berputar secara pelan. Itu terjadi pada zaman kuno, bermilyar-milyar tahun yang
lalu. Kumpulan gas tersebut kemudian menjasi potongan-potongan yang sangat besar
dan banyak. Ahli-ahli astrofisika (fisika bintang) memperkirakan tiap potongan
tersebut besarnya satu milyar sampai seratus milyar kali dari matahari.
Sedangkan besarnya matahari sekitar 300.000 kali dari bumi.
B. Proses Kejadian Alam Semesta
Allah swt telah
mengatur semua proses penciptaan bumi. Dan Allah telah memberitahukan kepada
umatnya mengenai penciptaan bumi dan alam semesta melalui Al-quran. Kitab suci
umat islam inilah sumber dari segala macam ilmu pengetahuan.
Di dalamnya semua ilmu pengetahuan
tertulis untuk membantu kita mencari pengetahuan dan terus mengimani
isi-isinya. Dalam hal ini saya berupaya untuk sedikit menkaji mengenai ayat
dalam al-quran yang membahas megenai penciptaan bumi.
Dalam surat An Naaziat
(79) ayat 27 – 33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam semesta. Dalam
ayat tersebut tertulis bumi dan alam semesta tercipta dalam enam masa. Masih
dalam perdebatan mengenai enam masa yang dimaksud. Entah itu enam tahun, enam
hari, enam periode, ataupun enam tahapan. Dalam hal ini kami mencoba mengkaji
enam masa yang dimaksud. Tulisan ini kami ambil dari berbagai sumber.
Annaziat ayat 27 :
”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya
ataukah langit? Allah telah membinanya,(27)”
Dalam ayat tersebut
dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini dijelaskan mengenai
penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah ”Teori Big
Bang”. Teori Big Bang adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan
perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian
mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk
dari ledakan besar. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa
dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan
tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk
ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa diaktakan awan
dan langit yang kita lihat selama ini adalah bentuk pertama dari penciptaan
bumi dan alam semesta.
Selanjutnya, angin
bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang
mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian
membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam
galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam
semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong
dan bagian yang terisi.
Annaziat ayat 28 :
”Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya,(28)”
Ayat ini menerangkan
masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah “meninggikan
dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses berkembangnya
seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit
menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah
kelanjutan big bang.
Sedangkan kata
”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk,
melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau
kemungkinan lainnya akan mengerut.
Annaziat ayat 29 :
”Dan Dia menjadikan malamnya gelap
gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29)”
Memasuki masa III, di
sini yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT telah
membuat siang-malam secara bergantian. Allah menjadikan malam yang gelap gulita
dan menjadikan siang yang terang benderang. Dapat diartikan dalam ayat ini
Matahari sebagai sumber cahaya dan bumi berputar mengelilinya. Karena
perputaran bumi tersebut terjadilah siang dan malam.
Annaziat ayat 30 :
”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya
(30)” Di masa IV inilah mulai bumi terbentuk. dimulai dengan pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Annaziat ayat 31 :
“Ia memancarkan daripadanya mata airnya,
dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya(31)”
Pada ayat ini,
dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika bumi
terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi
ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet
kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini
kemudian turun sebagai hujan yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan
pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Annaziat ayat 32 :
“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan teguh, (32)”
Memasuki masa VI, atau
masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung yang terbentuk setelah
penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama.
Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai terpecah.
Setelah terbentuk
gunung, maka diciptakanlah hewan-hewan, dan manusia hingga sekarang ini.
Dijelaskan dalam Annaziat ayat 33 :
”(semua itu) untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu”.
Begitulah kira-kira
proses penciptaan bumi. Banyak dari ayat-ayat dan surat lain yang menjelaskan
mengenai penciptaan bumi. Namun saya hanya memfokuskan kepada surat Annaziat,
ayat27-33. untuk lebih jelasnya bisa kaji bersama-sama kedepannya nanti.
Hikmah apa yang bisa
petik?
1.
Dalam surat Al baqarah ayat 2 dijelaskan:
”Kitab
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Sangat
jelas di dalam al quran tidak keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya
telah terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu
pengetahuan. jika kita terus berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita
termasuk orang yang bertaqwa.
2. Al quran tidak hanya untuk sekadar di baca, namun
diperlukan pengkajian lebih dalam mengenai segala macam isi-isinya. Di dalamnya
terdapat segala macam ilmu pengetahuan yang bisa terus kita gali.
3. Segala sesuatu mengenai kehidupan di bumi ini,
telah diatur oleh Allah SWT. Kita tinggal bertaqwa kepada Allah SWT agar
diberikan petunjuk kebenaran dalam hidup ini.
Penemuan
di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok.:
1. Kelompok pertama beranggapan bahwa alam semesta
ini statis, dari permulaan diciptakannya sampai sekarang ini tak berubah.
2. Kelompok kedua dan yang paling diakui saat ini
beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau beruba dan sampai
saat ini masih terus mengembang/membesar.
Kelompok yang
beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan
modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya big
bang, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat.
Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain
dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton,
neutron, dan elektron, tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena
mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk
inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu alam
telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang
artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur
hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat
akan dominan
Selama 250 juta tahun
sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di
antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam
proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin
dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama.
Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti
garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan
gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas
masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan
masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian
berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang
berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik
sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun
mulai bercahaya.
Karena sebagian dari
materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu
butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih
besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar sehingga
terbentuk planet-planet ataupun benda angkasa lainnya selain bintang.
Diperkirakan proses
pengembangan alam semesta tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Dimana
setiap galaksi satu dan galaksi lainnya saling berjauhan satu sama lain setiap
waktunya. Proses ini akan terus berlangsung hingga akhir jaman, dimana alam
semesta sudah tidak memiliki energi yang menopangnya lagi dan alam ini sudah
mencapai batas akhir dari proses pengembangannya. Hingga akhirnya alam semesta
ini runtuh. Tak bisa kita bayangkan kerusakan apa yang akan terjadi ketika
bumi, planet yang menjadi rumah bagi manusia, tertimpa reruntuhan alam semesta
yang tak terhingga besarnya.
C. Hubungan Manusia Dengan Alam
Manusia dan alam
mempunyai keterikatan yang kuat dimana keduanya mempunyai hak dan kewajiban
antara satu dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam. Hubungan antara
manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan
hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan hamba,
tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan
untuk memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan
pemeliharaan. Berbuat adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada semua
makhluk sehingga hubungan yang selaras antara manusia dan alam mampu memberikan
dampak positif bagi keduanya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk
mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam guna menjaga keseimbangan alam
dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk
rasa syukur kepada Allah SWT.
Dalam pelajaran ekologi
manusia, kita akan dikenalkan pada teori tentang hubungan manusia dengan alam.
Salah satunya adalah anthrophosentis. Di sana dijelaskan mengenai hubungan
manusia dan alam. salah satu bentuknya adalah anthoposentris. dimana manusia
menjadi pusat dari alam. maksudnya semua yang ada dialam ini adalah untuk
manusia. Kalau dipikir-pikir emang benar sih. buat apa coba, ada sapi, ikan,
padi, kalau bukan untuk makanan kita. buat apa ada kayu, batu, pasir, kalau
bukan buat bangunan untuk manusia. buat apa ada emas, berlian kalau gak dipakai
oleh manusia sebagai perhiasan.
Allah SWT. juga
menjelaskannya dalam Al Qur’an, bahwa semua yang ada dialam ini memang sudah
diciptakan untuk kepentingan manusia.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu” (al baqarah: 29)
Tapi berbeda dengan
anthoroposentris yang menempatkan manusia sebagai penguasa yang memiliki hak
tidak terbatas terhadap alam, maka islam menempatkan manusia sebagai rahmat
bagi alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(al anbiyaa’:107)
Walaupun kita diberi
kelebihan oleh Allah atas segala sesuatu di alam ini, tapi kelebihan itu tidak
menjadikan kita sebagai penguasa atas alam dan isinya. Karena alam dan isinya
tetaplah milik Allah. Kita hanya diberikan kekuasaan atas alam tersebut sebagai
pengelola dan pemelihara, dan pemakmur.
Kemudia ketika kita
berinteraksi dengan alam, tidak seperti paham antroposentris yang menghalalkan
sebgala cara asal kebutuhan manusia terpenuhi, islam mengajarkan bahwa hak kita
dalam memanfaatkan alam juga dibatasi oleh hak alam dan isinya itu sendiri.
Allah telah berfirman:
“Dan Dialah yang menjadikan
kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al
an’am:141)”
Kita tidak boleh
berlegih-lebihan dalam memanfaatkannya, sehingga menimbulkan kerusakan.
seharusnya semua yang ada dialam ini kita jadikan sebagai sarana untuk berpikir
akan kebesaran Allah SWT.
Allah juga berfirman dalam kitabnya:
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian
yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir.(ar ra’du: 4)”
Ada fungsi utama
manusia di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah dibumi.Esensi dari 'abdun'
adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah,
sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam kontek 'abdun',
manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah.Posisi ini memiliki konsekuensi
adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh terhadap penciptanya.Keengganan
manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa
syukur atas anugerah yang diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna
yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal.Dengan hilangnya
rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada selain Allah termasuk
menghambakan diri kepada selain Allah termasuk menghambakan diri kepada hawa
nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah
penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.
Manusia diciptakan
Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan
kecenderungan kepada dan kecenderungan kepada perbuatan fasik.Sebagaimana
firman Allah, faalhamaha fujuroha watakwaha.Artinya "maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa manusia kefasikan dan ketakwaan".Dengan kedua
kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk berupa agama sebagai alat manusia
untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan
yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Untuk itu Allah berfirman
"wahadainahu najdaini"."Aku tunjukan kamu dua jalan".Akal
memiliki kemampuan untuk memilih salah satu yang terbaik bagi dirinya.
Fungsi yang kedua
sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab untuk menjaga
alam.Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumberdaya.Oleh karena itu
perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya agar tetap terdapat
keseimbangan dalam alam.
Kerusakan alam lebih
banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri.Sebagaimana firman Allah dalam
Qs.Arrum 41.
Artinya: “41. Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”
Untuk melaksanakan
tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk
berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk
psikofisik.Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut ketaatan dan
ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah
beribadah secara langsung (fungsi sebagai abdun) maupun konteks ketaatan
terhadap sunatullah (fungsi sebagai khalifah).Perpaduan antara tugas ibadah dan
khalifah inilah yang akan mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang
selamat dunia akherat
Setelah kita mengetahui
betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT
mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun
telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang
terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak
salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan
urutan kebenarannya sebagai berikut : Al-Qur’an dan as-Sunnah : Allah SWT telah
memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber
pertama ilmu pengetahuan.
Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung
dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan,
dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang
Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari
keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan
ayat-ayat NYA dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal.
KESIMPULAN
Allah menciptakan alam
semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan
kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan
dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam
seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh
karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat
mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi.
Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta
pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti
terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup
oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses
panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah
tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru
karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan”
baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup
oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian
adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang yang saling
menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora dan fauna,
dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai
dan tatanan itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan alam” yang
sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas
masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral
dan etika itu.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’anul Karim
- Mansoer, Hamdan. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : DIKTI.
- Anonim, 2008. Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam, blogspot : Al-Ikhwan.net.
- Zuhairini, dkk, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,.
- http: ferdahartanti.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment