HUBUNGAN TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
A.
H HAKEKAT
TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
Ø TUHAN
Allah swt adalah salah-satunya Tuhan yang pantas disembah kerena
Allah ialah Rabb semesta. yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada
diseluruh jagat ini. Allahlah yang Maha Pencipta yang telah menciptakan alam
dan seisinya termasuk kita manusia. Allah swt telah berfirman dalam al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 29, yang artinya:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu
dan Dia berkehendak.”
Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa Allahlah yang telah menciptakan
bumi dan juga alam semesta ini. Hanya untuk-Nya kita diciptakan dan hanya
kepada-Nya lah kita kembali. Ketika mendengar nama Allah swt seharusnya hanya
satu yang ada dibenak kita, yaitu rasa cinta, cinta terhadap-Nya, segala
sesuatu yang kita lakukan apabila didasari dengan rasa cinta terhadap-Nya.
Semua akan terasa ringan, indah, mudah dan terasa terlindungi. Dialah tempat
kita mengadu dan kita sebagai makhluk yang diciptakan-Nya, kita harus melakukan
apa yang telah diperintakan-Nya dan menjauhi segala apa yang telah
dilarang-Nya. Kita sebagai mahluk ciptaan-Nya diperintahkan untuk selalu taat
terhadap segala yang telah ditetapkan oleh-Nya. Adapun juga larangan-Nya yang
harus kita jauhi. Oleh karena itu hubungan manusia dengan Tuhan akan lebih
dekat.
Dalam hal ini, untuk mendekatkan diri kepada Allah manusia harus
senantiasa memiliki aqidah yang baik, sehingga Allah pun akan senantiasa
menerima kita sebagai hambanya yang bertaqwa.
Al-Quran menyebut aqidah dengan istilah
“iman” sedangkan syari’ah
disebut dengan istilah “amal shalih” . oleh karena itu, setiap kita
mencoba untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka kita harus melakukannya
disertai dengan amal shalih. Dalam menjalani kehidupan kita harus senantiasa
seimbang, antara kehidupan duniawi maupun kehidupan akhirat, agar kita
senantiasa mendapatkan kebaikan dalam kedua kehidupan tersebut. Semua yang kita
lakukan harus karena Allah semata, agar kita selalu di ridhoi untuk menuju
kejaln-Nya yang lurus.
Ø MANUSIA
Manusia adalah makhluk yang unik. Beragam definisi tentang manusia
ditampilkan oleh para ahli dengan unik. Dan uniknya lagi tak ada satu pun dari
mereka yang sepakat mengenai definisi manusia tersebut. Devinisi yang di
berikan mereka saling bertolak belakang satu sama lainnya.mereka mendefisikan
manusia berdasarkan latar belakang disiplin ke’ilmuan masing-masing.
Kaum logika mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang berfikir (Homo
Sapien). Kalangan ekonomi mengartikan manusia sebagai mahluk yang selalu
ingin memenuhi kebutuhan ekonominya (Homo Economicus). Kelompok
menejemen melukiskan manusia sebagai makhluk yang selalu menjalankan kegiatan
administrasi (Homo Administraticus). Ahli psikologi menerjemahkan
manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan psikis (Homo
Motorik) dan makhluk yang digerakkan oleh lingkungan nya (Homo
Mecanicus). Sedangkan kalangan adamawan mendesain manusia sebagai makhluk
yang diciptakan Tuhan menyembah kepada-Nya, dan kepada-Nya pula akan
dikembalikan.
Semua definisi itu mengandung kebenaran. Manusia, terlepas dari
berbagai macam karakter dan kepribadian yang melingkupinya, selalu melakukan
karakteristik-karakteristik seperti yang telah didefinisikan olah para ahli.
Pada kenyataannya manusia selalu berfikir. Manusia juga sepanjang hidupnya tak
pernah berhenti dan selalu berusaha menyukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Manusia tak pernah lepas dari keinginan-keinginan. Manusia dalam banyak hal
sering berperilaku mengikuti lingkungannya.
Terlepas dari itu semua. Manusia merupakan ciptaan Tuhan. Bahkan
dalam hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14
dengan jelas Allah swt menjabarkan bagaimana Ia menciptakan manusia. Yang
artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah Pencipta yang paling baik.
Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah swt menjabarkan dengan
detail bagaimana proses penciptaan manusia. Maka jelaslah bahwa manusia
merupakan ciptaan Tuhan. Lain dari itu semua manusia mempunyai sifat-sifat yang
cenderung seperti tanah, mudah berubah-ubah tergantung dimana tanah itu berada.
Para ahli telah mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial
(tidak bisa hidup sendirian / saling ketergantungan antara yang satu dengan
yang lain). Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk
individu (bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain). Tapi dalam praktek dan
kenyataannya manusia adalah makhluk sosial itu tidak dapat dipungkiri lagi. Didalam
kehidupan sosial manusia sellu membutuhkan satu sama lain sehingga terjadilah
interaksi diantaranya.
Ø ALAM
Jika berbicara tentang alam, alam bisa dikatakan yaitu sebagai
suatu yang mencakup segala sumber alam atau kekayaan alam. Alam bisa disebut
juga dengan lingkungan yang tanpa kegiatan manusia. Allah swt telah berpesan
kepada manusia agar menyukuri dengan sebaik-baknya apa yang telah diberikan,
terutama nikmat alam semesta ini. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat
Yaasiin ayat 71-73. Yang artinya:
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah
kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan kami
tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebagiannya menjadi
tunggangan mereka dana sebgiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya
manfaat-manfaat dan minuman.”
Pada ayat diatas dijelaskan bahwa
Allah swt telah menyediakan alam sebagai fasilitas yang luar biasa berlimpahnya
guna memenuhi manusia selaku khalifah dibumi ini. Alam memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap manusia, jika alam mengalami kerusakan seperti hutan
menjadi gundul, penebangan hutan secara liar itu akan berdampak buruk atau
negatif . apa lagi di zaman modern ini, pemerintah dan masyarakat kurang
memperhatikan lingkungan atau alam sehingga banyak lahan0lahan hijau dipakai
untuk pembangunan gedung-gedung, jalan raya dan sebagainya. Karena berkurangnya
kawasan hijau, pohon-pohon dan sebagainya. Maka akan berakibat terjadinya
global warming.
Manusia memasuki dunia ini dengan
sifat yang diciptakan Allah (fitrah Allah). Fitrah ini deprogram secara
naluriah agar menjadi pengemban amanat yang seimbang. Seimbang berarti memilih
melalui kehendaknya untuk menyempurnakan alam dengan mode operasinya atau
kehenak Allah. Hal ini dilakukan dengan menyucikan hati sehingga manusia menyadari
“segala sesuatu sesuai aslinya”, sehingga ia dapat memprtahankan keseimbangan.
Keseimbangan yang sempurna berdasarkan norma-norma monoteisme yang mengatakan
misalnya,”…pertimbangkan segala sesuatu dengan seimbang…” dan diwujudkan
oleh Rosul Allah sebagai teladan manusia yang sempurna.
Jadi seharusnya manusia harus se-objektif
mungkin dalam menjaga sumber daya alam ini agar tidak rusak, jika rusak akan
berdampak dan merugikan pada kehidupan manusia secara keseluruhan.
B.
HUBUNGAN
ANTARA TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
Hubungan antara Tuhan, manusia dan
alam sangatlah erat. Tuhan sebagai dzat yang menciptakan manusia. Manusia dan
Alam sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Jika peran Tuhan tidak ada manusia dan alam
tidak akan tercipta. Hubungan manusia dengan Tuhan disebut pengabdian (ibadah).
Pengabdian manusia bukan untuk kepentingan Allah, Allah tidak berhajat
(berkepentingan) kepada siapa pun, pengabdian itu bertujuan untuk mengembalikan
manusia kepada asal penciptanya yaitu fitrah (kesucian)nya. Agar kehidupan
manusia diridhoi oleh Allah swt. Seperti yang dijelaskan al-Qur’an dalam surat
az-Zariyat ayat 56 yang artinya:
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyambahku.”
Manusia dikaruniai akal (sebagai
salah satu kelebihannya), dia juga sebagai khalifah dimuka bumi, namun demikian manusia tetap
harus terikat dan tunduk pada hukum Allah swt.Alam diciptakan oleh Allah swt
dan diperuntukkan bagi kepentingan manusia. Sebagai khalifah, manusia diberi
wewenang untuk mengelola dan mengolah serta memanfaatkan alan ini. Allah swt
berfirman dalam surat al-Luqman ayat 20 dan dalam surat al-Hud ayat 61, yang
artinya:
“tidaklah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah swt menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi dan
menyempurnakan untukmu nikmatnya lahir dan bathin.”
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya.”
Namun, memang sering kali kita
melihat sifat manusia yang kufur nikmat. salah satu hal yang paling jelas
terlihat adalah kebiasaan manusia untuk menguras semua kekayaan alam tanpa
memperdulikan kelestariannya. Padahal sesungguhnya didalam ajaran islam selalu
dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan alam dengan semestinya. Bahkan Allah swt
dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 11-12 menyebutkan bahwa orang-orang yang
merusak lingkungan itu termasuk golongan orang munafiq:
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “janganlan kamu membuat
kerusakan dimuka bumi.” Mereka menjawab: “sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”
Pada kenyataan saat ini manusia
sudah tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam dalam mengeksploitasinya. Saat
ini manusia telah dikuasai wahyu untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya
sehingga dalam memanfaatkan alam tidak lagi memperdulikan dampak buruk terhadap
keseimbangan ekosistem alam dibumi ini. Padahal hakekatnya manusia diciptakan
oleh Allah swt untuk menjadi kholifah dimuka bumi tidak lain adalah Allah
memberikan sebuah amanah yaitu Allah swt mempercayakan buumi-Nya ini kepada
manusia untuk diurus dan dilestarikan keberadaannya.
Maka dari itu manusia harus melihat
kembali siapa dirinya. Jika manusia menyadari akan tanggung jawab yang
diberikan oleh Allah swt, maka manusia akan selalu bersyukur dan akan
menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai khalifah dimuka bumi ini dengan baik.
Yaitu manusia akan benar-benar manjadi pemimpin dibumi ini dan menjaga alam
ini. Kita tidak akan merusak hutan, mencemari laut dan tidak akan membuat
polusi. Karena mausia sadar bahwa bumi ini sebagai ladang amal sebagai bekal
menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, dengan cara menjaga
kelestarian alam ini dan manusia akan selalu berusaha sebisa mungkin agar
peringatan Allah pada surat ar-Ruum ayat 41 yang artinya:
“telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah swt merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).
Menjadi cambuk yang keras agar kita
selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah dan menjaga kelestarian alam
ciptaan Allah yang Maha Mulia ini.
Kesimpulan dari artikel ini ialah
kita harus menyadari bahwa hubungan antara Allah swt, manusia dan alam itu
dangatlah jelas. Allah swt sebagai Sang Pencipta yang menciptakan alam beserta
isinya, lalu Allah swt menciptakan makhluk yang bernama manusia sebagai
pengurus bumi. Manusia akan dimintai pertanggung jawabannya langsung kepada
Allah swt tentang hasil dari
kepengurusannya. Barang siapa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan
menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya maka niscahya dia akan mendapatkan
kebahagiaan didunia dan diakhirat. Sedangkan sebaliknya siapa yang inkar dan
tidak memperdulikan perintah Allah swt akan mendapat murka dan laknat Allah
didunia maupun diakhirat. Dan alam ini akan menjadi saksi dihadapan Allah swt
dan tidak akan ada satu orang manusiapun yang bisa memungkiri perbuatannya
selama didunia ini ketika tiba masanya harii perhitungan karena sesungguhnya
Allah swt itu Maha Mengetahui segala sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
ð
Imaduddin M.S, Dan Tuhan Pun
Dikritik, Kediri: Komunitas Sandal Jepit. 2005
ð
Moh. Fauziddin, S.Ag, M.Pd. Buku
Ajar IASBD, Pare, 2012.
ð
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan
Siswanto, Pengantar Studi Islam, Surabaya: Kopertais IV Press.
2010
ð
Laleh Bakhtiar,Meneladani
Akhlak Allah, Bandung, Penerbit Mizan, Cetakan I: 2002
ð
STUDI ISLAM IAIN SUNAN AMPEL Pengantar
Studi Islam. Surabaya, IAIN SUNAN AMPEL PRESS, Cetakan Pertama : 2002
0 komentar:
Post a Comment