Pengantar Filsafat

Friday, April 26, 2013

|

BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dar pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan. Dengan filsafat, pola fikir yang selalu tergantug pada dewa diubah menjadi pola fikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga baying-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.
Perubahan yang mendasar adalah ditemukan hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri. Dari penelitian alam semesta dan manusia, munculah ilmu-ilmu seperti astronomi, kosmologi, fisika, kimia, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih khusus lagi dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan integral mengenai hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan (epistemology), sebab ‘pengetahuan ilmiah’ tidak lain adalah a higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti  umum sebagimana kita terapkan daam kehidupan sehari-hari.
Dalam perkembangannya, pada tahap sekarang ini filsafat ilmu juga mengarahkan perhatiannya pada masalah strategi pengembangan ilmu, disamping menyangkut etik, heuristic, bahkan juga sampai dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan ilmu, tetapi juga arti serta maknanyabagi kehidupan manusia yang dalam era teknologi ini tetap mendambakan kehidupan manusiawi.
Oleh karena itu, dalam hal ini kita akan mengetahui tentang filsafat yang akan kita bahas secara mendalam agar kita dapat memahami keseluruhan tentang filsafat, dan agar kita dapat mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.





BAB II
PENGANTAR ILMU FILSAFAT
A.  Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu secara etimologi dan secara terminology.
1.      Secara Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahsa Yunani philo-sophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of  wisdom)
Dalam arti yang sedalam-dalamnya.

2.      Secara Terminologi
Lantaran batasan filsafat itu banyak, maka sebagai gambaran dikenalkan beberapa batasan.
a.      Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenara yang asli.
b.      Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, danestetika (filsafat keindahan).
c.       Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetaahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
d.      Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
e.      Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal segalanya pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang kita ketahui.
f.        Langeveld
Filsafat adalha berfikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
g.      Hasbullah Bakry
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagai mana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
h.      N. Driyarkara
Filsafat adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada’ dan ‘berbuat’ permenungan tentang kenyataan (reality) yangsedalam-dalamnya, sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
i.        Notonagoro
Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
j.        Ir. Pudjawijatna
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Dengan memperhatikan batasan-batasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.
Hakikat berfilsafat dalam Al-Qur’an ialah perpaduan antara pikir dan Dzikir. Pikir merupakan aktivitas akal dan dzikir adalah aktivitas hati. Equalibrium antar pikir dan dzikir akan menghasilkan sosok manusia yang sempurna, al-insan al-kamil. Dengan akal manusia dapat memikirkan berbagai peristiwa alam disekelilingnya dan dengan dzikir manusia mengakui akan keberadaan, kekuasaan Dzat yang Esa, sebagai tempat untuk mengabdikan diri didalam kehidupannya. Pemikiran akan menghasilkan pengetahuan yang empiris-logis dengan berbasis pada observasi indrawi dan pemikiran logika, sedangkan dzikir yang bertumpu pada hati nurani akan menghasilkan tindakan pengabdian yang bersumber dari kekuatan yang empiris.
B.  Objek Filsafat
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
1.      Objek Material
Objek material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian pambentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.
Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendikiawan, namun semua itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan.
a.     Mohammad Noor Syam berpendapat, ‘Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek materiala atau objek materiil fillsafat; segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materill konkret, phisis maupun nonmaterill abstrak, psikhis.    Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tidak terbatas’.
b.    Poedjawijatna berpendapat, ‘Jadi objek material filsafat ialah ada dan yang mungkin ada. Manakah objek filsafat dengan objek segala dari keseluruhan ilmu atau dapatkah dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki segala sesuatu juga?’ Dapatkah dikatakan memang, bahwa objek filsafat yang kami maksud objek materialnya sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi filsafat tetap filsafat dan bukanlah merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu.
c.      Dr. Oemar Amir Hoesin berpendapat bahwa masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah kerena manusia mempunyai kecenderungan hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Objek tersebut diatas itu adalah menjadi objek material filsafat,.
d.    Louis O. Kattosoff berpendapat, ‘lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yng ingin diketahui manusia’.
e.     Drs. H.A. Dardiri berpendapat, ‘objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan’. Kemudian apakah gerangan segala sesuatu yang ada itu?
Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu
ð Ada yang bersifat umum, dan
ð Ada yang bersifat khusus.
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada pada umumnya disebut ontology. Adapun yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu ada yang mutlak, dan ada yang tidak mutlak. Ilmu yang menyelidiki tentang ada yang bersifat mutlak disebut theodicea. Ada yang tidak mutlak dibagi lagi menjadi dua, yaitu alam dan manusia. Ilmu yang menyelidiki tentang alam disebut kosmologi dan ilmu yang menyelidiki tentang manusia disebut antropologi metafisik.
f.      Abbas Hammami M. berpendapat, ‘sehingga dalam filsafat objek materil itu adalah ada yang mengatakan, alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, masalah manusia, masalah Tuhan dan lainnya. Karena itulah maka untuk menjadikan satu pendapat tentang tumpuan yang berbeda itu akhirnya dikatakan bahwa segala sesuatu yang ‘ada’ lah yang merupakan objek materil.
2.      Objek Formal
Objek formal yaitu suatu sudut panndangan yang yangditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang membedakannya dari bidang lain.
Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. Jadi yang membedakan antar filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.
C.     Filsafat Ilmu dan Perkembangannya
Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berfikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terkait dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh kebenaran.
Ilmu adalah merupakan bagian dari pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni dan agama. Filsafat sebagaimana pengertiannya semula bisa dikelompokkan kedalam bagian pengetahuan tersebut, sebab pada permulaannya filsafat identik dengan pengetahuan (baik teoritis maupun praktik). Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus kekhasannya sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat. Gerak spesialisasi ilmu-ilmu itu semakin cepat pad zaman modern, pertama ilmu eksakta, lalu diikuti ilmu-ilmu sosial seperti: ekonomi, sosiologi, sejarah, psikologi, dan seterusnya.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahuitentang objek tertentu, termasuk didalmnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Sebab seecara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah jelajah yang beersifat trasendental yang berada diluar pengalaman manusia itu. Sedangakan sisi lain dari pengetahuann mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh-penuh maknanya, sementara ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan engabstraksikan realitas menjadi beberapa fariabel yang terkait dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam yang bersifat umum dan impersonal, sementara seni tetap bersifat individual dan personal, dengan memusatkan perhatiannya pada “Pengalaman hidup perorangan”.
Filsafat ilmu penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk meperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemology, yang secar umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia juga mengenai logika dan metodologi.
Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang filsafat ilmu tersebut, sangat bermanfaatmenyiak empat titik pandang dalam filsafat ilmu, yaitu:
1.      Bahwa filsafat ilmu adalah perumusan world-view yang konsisten dengan teori-teori ilmiah yang penting. Menurut pandangan ini, adalah merupakan tugas filosuf ilmu untuk mengolaborasi implikasi yang lebih luuas dari ilmu.
2.      Bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari presupposition dan pre-disposition  dari para ilmuan.
3.      Bahwa filsafat ilmu adalah suatu disiplin ilmu yang didalamnya terdapat konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan.
4.      Bahwa filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua. Filsafaat ilmu menuntut jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a.      Karakteristik-karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dan tipe penyelidikan lain?
b.      Kondisi yang bagaimana yang patut dituruti oleh para ilmuan dan penyelidikan alam?
c.       Kondisi yang bagaimana yang harus dicapai suatu penjelasan ilmiah agar menjadi benar?
d.      Status kognitif yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hukum-hukum ilmiah?

D.  Filsafat Dakwah
Filsafat dakwah merupakan bidang baru dalam perbincangan filsafat ilmu. Filsafat ini dipikirkan orang bertalian dengan mendesaknya pertimbangan perkembangan ilmu dakwah yang tentu saja membutuhkan dasar-dasar filosofik keilmuannya. Pengembangan ilmu dakwah membutuhkan dasar-dasar ontologis-devinisi, objek kajian, paradigma, system, struktur keilmuan, konsep-konsep dan teori-teori yang terkait dengan dakwah, kemudian dasar-dasar epistemologis untuk menjawab pertanyaan bagaimana kebenaran dakwah itu terjadi atau terkait dengan metodologi keilmuan dakwahnya, serta dasar-dasar aksiologis untuk menjawab dalam rangka merealisasikan tujuan dakwah yaitu terciptanya masyarakat yang Islami dalam seluruh tatanan kehidupan.
Filsafat dakwah bersentuhan dengan pemikiran tentang strategi dakwah yang relevan dengan tuntutan mitra dakwah, yakni mempertimbangkan subyek dakwah siapa dengan metode, media materi dakwah apa kepada mitra dakwah siapa. Ini mengindikasikan studi dakwah yang bersifat parsial walaupun integrated. Filsafat dakwah bersentuhan dengan pemilihan metodologi dan system dakwah yang cocok bagi usaha merealisasikan ajaran islam. Ini menandakan adanya metodologi dan system dakwah yang memfokus pada proses in-put dan out-put yang bersifat nonlinear. Ia menggambarkan suatu kegiatan dakwah sebagai sesuatu yang sistemik. Penentuan strategi, metode dan system dakwah yang tepat ialah jika mempertimbangkan dimensi religio-politik-kultural-sosio-psikhologis individu masyarakat yang menjadi sasarannya. Dan sesuai dengan proses dakwahnya, maka selayaknya juga akan memunculkan pemikiran mengenai filsfat managemen dakwah, filsafat bimbingan penyuluhan islam, filsafat penyiaran dan komunikasi dakwah dan filsafat pengembangan masyrakat islam.
Pemikiran dan konsepsi mengenai hal diatas dimungkinkan sehubungan dengan perubahan-perubahan sosial yang cepat dan semakin kompleksnya persoalan-persoalan kemanusiaan yang memerlukan pencerahan. Sehingga pada hal ini dakwah merupakan pencerah yang tepat bagi kehidupan sosial yang begitu cepat perubahannya. Manakala dakwah ingin lebih antisipatif, kiranya diperlukan pemikiran mendalam mengenai sub-sub bidang dakwah agar lebih berdaya guna.
E.   Sejarah Filsafat Dakwah
Sejarah pemikiran dakwah sebagai suatu disiplin keilmuan, dimulai di tahun 1918 di Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar dengan pencetus gagasannya ialah Syaikh Ali Mahfudz dalam tulisannya mengenai Al-Wa’dhu wa al-Irsyad dalam bukunya yang menjadi teks dakwah, Hidayat al-Mursyidin fi Thuruq al-Wa’dhi wa al-Hidayah. Oleh karenanya, Farid mengusulkan bahwa tahun 1918 merupakan tahun lahirnya ilmu dakwah dan kitab Hidayat al-Mursyidin fi Thuruq al-Wa’dhi wa al-Hidayah dianggap sebagai kitab pertama dibidang dakwah.
Perkembangan berikutnya dapat dijumpai di Jam’iyah Baghdad yang dimotori oleh DR. Abdul Karim Zaidan dengan tulisan mengenai Ushul al-Dakwah yang terbit tahun 1975. Dalam buku ini, sangat kental penerapan pendekatan unsur dalam memahami dakwah sebagai disiplin. Unsur dakwah itu meliputi da’I, mad’u, maudlu’ dan wasail. Pendekatan unsur ini menjadi sangat dominan dalam percaturan keilmuan dakwah di Indonesia.
Secara kelembagaan, perjalanan studi dakwah di Indonesia dimulai dengan didirikannya PTAIN yang didasarkan atas PP. No. 34 tahun 1950 dengan membuka tiga jurusan, yaitu jurusan Tarbiyah, Jurusan Qodla’, Jurusan Dakwah. Kemudian tahun 1960 berdasarkan PP. No. 11 tahun 1960 tertanggal 9 Mei 1960 didirikanlah IAIN dengan empat fakultas, yaitu Fakultas Syari’ah (Yogyakarta), Fakultas Ushuluddin (Yogyakarta), Fakultas Arab (Jakarta), dan Fakultas Tarbiyah (Jakarta). Fakultas Ushuluddin di Yogyakarta membuka empat jurusan ialah Jurusan Dakwah, Tasawuf, Filsafat, dan Perbandingan Agama. Hingga tahun 1968 studi Dakwah menjadi bagian dari Fakultas Ushuluddin.
F.      Kegunaan filsafat
Pertama secara sistematik. Artinya, filsafat menawarkan berbagai metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentanga hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab dan keadilan, dan sebagainya.
Jalur kedua adalah sejarah filsafat. Disini belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sapai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), sekurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikann pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1.      Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari berbagai pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia yang paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh para pemikir besar umat manusia, wawasan, dan pengertian kita sendiri diperluas.
2.      Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis berbagai argumentasi, pendapat, tuntutan, dan legitimasi dari berbagai agama, ideology, dan pandangan dunia.
3.      Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi.
Menurut berbagai filosof kegunaan secara umum dari filsafat adalah sebagai berikut:
a.       Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
b.      Rene Descartes yang ttermasyhur sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaruan dalam abad ke-17 terkenal dengan ucapannya cogito ergo sum (karena berfikir maka saya ada). Tokoh ini menyangsikan segala-galanya, tetapi dalam serba sangsi itu ada satu hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi itu berarti berpikir. Berfilsafat berarti berpangkalan kepada suatu kebenaran yang fundamental, atau pengalaman yang asasi.
c.       Alfred North Whitehead seorang filosof modern merumuskan filsafat sebagai berikut : “Filsafat adalah keinsafan dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha perubahan”.
d.      Maurice Marleau Ponty seorang filososf modern Existensialisme mengatakan bahwa jasa dari filsafat baru ialah terletak dalam sumber penyelidikannya. Sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa ber fikir tentang manusia.
Disamping kegunaan secara umum, filsafat juga dapat berguna secara khusus daam lingkungan sosial-budaya Indonesia. Franz Magnis Suseno (1991) menyebutkan ada lima yaitu sebagai berikut:
1.      Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi semakin banyak bidang dan hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dari norma filsafat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
2.      Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Filsafalah yang paling sanggup untuk mendekati wrisan rohaani tidak hanya secara verbalistik, melainkan secara evaluative, kritis, dan reflektif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalm pembentukan identitas modern bangsa Indonesia secara terus-menerus.
3.      Sebagian kritik ideology filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok-kedok ideologis berbagai bentuk ketidak adilan sosial dan pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
4.      Filsafat merupakan dasar yang paling luas untuk berpartisispasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam kehidupan intelektual di universitas-universitas dan lingkungan akademis.
5.      Filsafat menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakannya dialog diantara agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar agama dalam membangun asyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila.

Kesimpulan :
ð Filsafat secara etimologi adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo yang berarti “cinta” dan shopia yang berarti “kebijaksanaan”. Secara terminology filsafat adalah berfikir untuk mencari kebenaran yang hakiki mengenai objek yang dituju.
ð Objek filsafat meliputi objek material dan objek formal;
a.       Objek material yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.
b.      Objek formal yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.
ð Filsafat dakwah merupakan pencerah dalam masalah-masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia.
ð Kegunaan filsafat adalah dapat memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh manusia mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui













DAFTAR PUSTAKA

-         Drs. Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia, Bumi Aksara, Cetakan ke 2, Jakarta : 2008.
-         Drs. M. Zainuddin, MA., Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Bayumedia, Cetakan Pertama, 2003.
-         Dr. H. Nur Syam, Filsafat Dakwah, Jenggala Pustaka Utama, Cetakan Pertama, Surabaya: 2003.







0 komentar:

Post a Comment

™Welcome to Bagu's08 Blog, Now Is Time To Be Smart™

Followers

Powered by Blogger.

Bagus

Bagus